Lanjutan dari artikel sebelumnya, disini saya ingin sharing tentang budaya gengsi di kalangan menengah ke atas yang sering saya jumpai (biasa terjadi pada orang kaya karena faktor warisan dari orang tua):
- Title tanpa Ilmu
Istilah ini sudah tidak asing lagi di Indonesia, sama juga dengan ijasah tanpa ilmu. Dari anggota anggota DPR, sampai orang-orang biasa yang memiliki cukup harta akrab dengan kebiasaan ini. Alasannya pun beragam, dari sekedar untuk gengsi, ingin naik jabatan, serta alasan lainnya.
Hal yang sering saya amati adalah masalah orangtua yang tak bisa mengukur kemampuan anaknya. Mereka hanya ingin anaknya bersekolah atau kuliah di tempat yang menurut mereka bonavide, dan menjadi apa yang mereka inginkan tanpa mengukur kemampuan si anak demi tanpa melihat kemampuan dan minat anak mereka. Mereka hanya ingin bila mereka ditanya kerabatnya: "Anaknya sekolah dimana?" , mereka bisa menjawabnya dengan penuh rasa bangga. Mereka tak tanggung-tanggung mengeluarkan uang yang tak sedikit jumlahnya demi memasukkan si anak ke sekolah atau kampus tersebut. Ujung-ujungnya si anak tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan sistem akademik maupun pelajaran di sekolah atau kampus tersebut. Kalau sudah begitu lagi-lagi uang yang berbicara, sogok sinilah, sogok situ lah agar si anak bisa menyelesaikan studynya di tempat tersebut dengan nilai yang baik. Tak jarang akhirnya si anak berhenti di tengah study-nya. Bahkan terjerumus hal-hal negatif lainnya karana pergaulan yang salah sebagai pelarian atas masalah mereka.Lebih bahaya lagi bila si anak lulus dengan cara yang tidak benar dan akhirnya terjun di masyarakat, yang akan celaka adalah masyarakat luas. Bisa anda bayangkan bila si anak adalah tenaga medis, akan terjadi malpraktek tentunya.
- Kebiasaan Meniru Artist
Kebiasaan meniru artist sudah sangat marak sekali, mulai dari meniru gaya rambut, gaya berpakaian, hingga membeli gadget yang banyak dipakai oleh artist. Saya disini lebih menyoroti ke sisi meniru artist dalam memiliki gadget yang biasa dipakai oleh artist seperti yang sekarang sedang marak yaitu kepemilikan handphone yang bermerek Blackberry. Banyak orang awam yang ingin memilikinya hanya lagi-lagi karena gengsi, siapa sih yang tak ingin terlihat keren dengan ponsel yang satu ini. Ponsel ini memiliki barmacam fitur-fitur keren di dalamnya. Tapi menjadi menggelikan bila orang awam yang tidak bisa memakai fitur-fitur di dalam ponsel ini memilikinya hanya karena ingin bergaya layaknya artist dan pengusaha-pengusaha yang memang membutuhkan berbagai fitur yang ada dalam ponsel ini. Toh orang-orang awam ini hanya memakai fungsi sms, telpon, serta membuka FB atau Twitter, seterusnya hanya karena gengsi.
- Kebiasaan Mengutak-atik Kendaraan
Kendaraan pribadi memang harus dirawat dengan baik agar kita dapat memakainya dengan nyaman dan aman. Namun, menjadi hal yang nyleneh bila terlalu berlebihan, misalnya dengan mencuci dan mengelus-elusnya setiap waktu dan mengganti kebanyakan accesorisnya yang sebenarnya tak perlu diganti. "Biar gaul gitu loch, gengsi kan kalo kendaraan gw masih standart...",kata mereka. Membuang waktu dan membuang uang, inilah efek dari kebiasaan ini. Sementara kaum miskin banyak yang susah membeli beras, mereka dengan santainya membuang-buang uang untuk bergaya yang tak semestinya.
Semoga, orang-orang yang terperangkap dalam budaya gengsi ini diberikan kesadaran oleh Tuhan YME, karena budaya seperti inilah salah satu faktor yang dapat membuat bangsa kita hancur. Kesenjangan sosial makin terasa dari hari ke hari, rakyat miskin makin banyak, sedangkan kaum menengah keatas dengan enaknya memamerkan kekayaan mereka dan membuang-buang uang untuk hal yang tidak sepantasnya.
Istilah ini sudah tidak asing lagi di Indonesia, sama juga dengan ijasah tanpa ilmu. Dari anggota anggota DPR, sampai orang-orang biasa yang memiliki cukup harta akrab dengan kebiasaan ini. Alasannya pun beragam, dari sekedar untuk gengsi, ingin naik jabatan, serta alasan lainnya.
Hal yang sering saya amati adalah masalah orangtua yang tak bisa mengukur kemampuan anaknya. Mereka hanya ingin anaknya bersekolah atau kuliah di tempat yang menurut mereka bonavide, dan menjadi apa yang mereka inginkan tanpa mengukur kemampuan si anak demi tanpa melihat kemampuan dan minat anak mereka. Mereka hanya ingin bila mereka ditanya kerabatnya: "Anaknya sekolah dimana?" , mereka bisa menjawabnya dengan penuh rasa bangga. Mereka tak tanggung-tanggung mengeluarkan uang yang tak sedikit jumlahnya demi memasukkan si anak ke sekolah atau kampus tersebut. Ujung-ujungnya si anak tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan sistem akademik maupun pelajaran di sekolah atau kampus tersebut. Kalau sudah begitu lagi-lagi uang yang berbicara, sogok sinilah, sogok situ lah agar si anak bisa menyelesaikan studynya di tempat tersebut dengan nilai yang baik. Tak jarang akhirnya si anak berhenti di tengah study-nya. Bahkan terjerumus hal-hal negatif lainnya karana pergaulan yang salah sebagai pelarian atas masalah mereka.Lebih bahaya lagi bila si anak lulus dengan cara yang tidak benar dan akhirnya terjun di masyarakat, yang akan celaka adalah masyarakat luas. Bisa anda bayangkan bila si anak adalah tenaga medis, akan terjadi malpraktek tentunya.
- Kebiasaan Meniru Artist
Kebiasaan meniru artist sudah sangat marak sekali, mulai dari meniru gaya rambut, gaya berpakaian, hingga membeli gadget yang banyak dipakai oleh artist. Saya disini lebih menyoroti ke sisi meniru artist dalam memiliki gadget yang biasa dipakai oleh artist seperti yang sekarang sedang marak yaitu kepemilikan handphone yang bermerek Blackberry. Banyak orang awam yang ingin memilikinya hanya lagi-lagi karena gengsi, siapa sih yang tak ingin terlihat keren dengan ponsel yang satu ini. Ponsel ini memiliki barmacam fitur-fitur keren di dalamnya. Tapi menjadi menggelikan bila orang awam yang tidak bisa memakai fitur-fitur di dalam ponsel ini memilikinya hanya karena ingin bergaya layaknya artist dan pengusaha-pengusaha yang memang membutuhkan berbagai fitur yang ada dalam ponsel ini. Toh orang-orang awam ini hanya memakai fungsi sms, telpon, serta membuka FB atau Twitter, seterusnya hanya karena gengsi.
- Kebiasaan Mengutak-atik Kendaraan
Kendaraan pribadi memang harus dirawat dengan baik agar kita dapat memakainya dengan nyaman dan aman. Namun, menjadi hal yang nyleneh bila terlalu berlebihan, misalnya dengan mencuci dan mengelus-elusnya setiap waktu dan mengganti kebanyakan accesorisnya yang sebenarnya tak perlu diganti. "Biar gaul gitu loch, gengsi kan kalo kendaraan gw masih standart...",kata mereka. Membuang waktu dan membuang uang, inilah efek dari kebiasaan ini. Sementara kaum miskin banyak yang susah membeli beras, mereka dengan santainya membuang-buang uang untuk bergaya yang tak semestinya.
Semoga, orang-orang yang terperangkap dalam budaya gengsi ini diberikan kesadaran oleh Tuhan YME, karena budaya seperti inilah salah satu faktor yang dapat membuat bangsa kita hancur. Kesenjangan sosial makin terasa dari hari ke hari, rakyat miskin makin banyak, sedangkan kaum menengah keatas dengan enaknya memamerkan kekayaan mereka dan membuang-buang uang untuk hal yang tidak sepantasnya.
0 comments:
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
Post a Comment
Saya sangat senang bila Anda berkenan memberikan komentar setelah membaca artikel ini